Minggu, 22 Mei 2011

DBMS dan E Commerce

SISTEM MANAJEMEN DATABASE
Sistem Manajemen Database ( Database Management System/ DBMS) adalah software yang memungkinkan organisasi memusatkan data, mengelola data dengan efisien dan menyediakan akses ke data yang tersimpan oleh program aplikasi. DBMS mempunyai 3 komponen, yaitu:
·       Data definition language, yakni komponen sistem DBMS yang berfungsi untuk mendefinisikan elemen data yang muncul pada database.
·       Data manipulation language, yakni bahasa yang berhubungan dengan sistem DBMS yang digunakan oleh end user dan programmer untuk memanipulasi database. Bahasa yang paling banyak digunakan adalah SQL (Structured Query Language)
·       Data dictionary adalah alat manual atau bisa juga otomatis yang digunakan untuk menyimpan dan mengorganisir informasi tentang data yang dikelola oleh suatu database.

Keuntungan menggunakan DBMS ini adalah:
1.         Kompleksitas lingkungan sistem informasi organisasi dapat dikurangi dengan manajemen data yang terpusat, termasuk dalam hal akses, penggunaan, dan keamanan data
2.         Redudansi dan ketidakpastian data dapat dikurangi dengan mengurangi semua file yang terisolasi dimana elemen data diulang 
3.         Kebingungan dalam hal data dapat dikurangi dengan menyediakan pengawasan pembuatan data dan penentuan data secara terpusat
4.         Ketergantungan program-data dapat dikurangi dengan memisahkan tampilan data logis dari pengaturan fisiknya
5.         Pengembangan program dan biaya pemeliharaan dapat dihemat
6.         Fleksiblilitas sistem informasi dapat diperkuat dengan memungkinkan adanya query sementara yang cepat dan hemat
7.         Akses dan ketersediaan informasi dapat ditingkatkan
Database pemrosesan terdistribusi adalah distribusi pemrosesan diantara computer yang lokasinya terpisah dan dihubungkan dengan jaringan komunikasi. Database terdistribusi adalah database yang disimpan pada pada lebih dari satu lokasi.
Database yang berorientasi obyek adalah pendekatan manajemen data yang menyimpan baik data maupun prosedur dan berfungsi sebagai obyek yang dapat dipanggil dan disebar secara otomatis. Database hypermedia adalah pendekatan manajemen data yang mengorganisir data sebagai jaringan computer yang dihubungkan dengan pola yang dibuat oleh user, komputer ini dapat berisikan teks, grafiks, suara, gambar video, atau program lainnya.
Terdapat beberapa alternative dalam mengorganisasi dan menampilkan hubungan antar data dalam database. DBMS konvensional menggunakan 1-3 prinsip model database untuk menjaga entitas, atribut, dan hubungan. Ketiganya yaitu:
1.      Model Data Hirarki
Merupakan salah satu model database yang mengorganisasi data dalam struktur pohon. Satu record dibagi dalam segmen-segmen, setiap segmen mempunyai beberapa hubungan induk-anak. Dalam setiap record elemen data diorganisasi kedalam penggalan-penggalan record yang disebut segmen. Satu segmen yang lebih tinggi dihubungkan secara logis dengan segmen yang lebih bawah dalam hubungan parent-child.
2.      Model Data Jaringan (network)
Adalah salah satu variasi dari model hirarki data. Database dapat diubah dari hirarki ke network dalam rangka mengoptimalkan prosessing dan kenyamanan pemakaian. Dalam data network parent dapat memiliki beberapa anak, dan satu anak mungkin memiliki lebih dari satu parent.
3.      Model Hubungan (relation)
Adalah model yang paling mutakhir adri ketiga model yang ada, model ini sangat tepat untuk mengatasi beberapa keterbatasan dari 2 model yang lain. Model ini menunjukkan bahwa semua data didalam database adalah sesederhana table 2 dimensi yang disebut relation.
Keunggulan dan kelemahan dari ketiga model adalah:
Keunggulan utama dari model database hirarki dan network adalah pemrosesan bisa lebih efisien. Hirarki dan network mempunyai beberapa kelemahan. Semua pola akses, directory, indicator harus ditentukan didepan. Keduanya tidak mudah diubah tanpa merubah program pokok. Dengan demikian desain ini memiliki fleksibilitas yang rendah.
Sistem hirarki dan jaringan adalah programming intensive, memakan banyak waktu, sulit untuk diinstal, dan sulit diperbaiki pada saat terjadi kesalahan. Kekuatan relational database manajeman system adalah memiliki fleksibilitas terutama untuk “ad-hoc queries”, kekuatan untuk mengkombinasikan informasi dari berbagai sumber, desain dan perawatannya sederhana, dan kemampuan untuk menambah data dan record baru tanpa mengganggu program dan aplikasi yang ada. Kelemahannya adalah secara relative mempunyai efisiensi processing yang rendah. Sistem ini lambat, karena memerlukan beberapa akses dari data yang disimpan pada disk untuk menampilkan perintah memilih, join, dan projek.  
Elemen-elemen penting dalam lingkungan database adalah:
1)                  Administrasi data dan pemodelan metodologi
2)                  Perencanaan data
3)                  Database teknologi dan manajemen
4)                  Users

ELECTRONIC COMMERCE
Electronic commerse, dikenal juga sebagai e-commerce, merupakan proses pembelian dan penjualan jasa dan barang secara elektronik dengan transaksi bisnis terkomputerisasi menggunakan internet, jaringan, dan teknologidigital lain. E-commerce juga meliputi aktifitas yang mendukung transaksi pasar, seperti iklan, pemasaran, layanan pelanggan, pengiriman barang pesanan, dan pembayarannya. Smile.com merupakan bank yang beroperasi hanya melalui internet yang memumgkinkan nasabah melihat rekeningnya sendiri dan manjalankan transaksi perbankan kapanpun siang atau malam hari. Layanan luas untuk perbankan dan keuangan tersedia pada Web. Intranet adalah suatu jaringan internal yang berdasarkan standard dan teknologi internet dan World Wide Web. Para pengunjung Website Travelocity.com dapat menemukan informasi mengenai jadwal penerbangan, hotel, dan paket-paket liburan sekaligus melakukan pemesanan tempat di hotel dan pesawat secara online. Internet memberi daya bagi tumbuhnya perdagangan elektronik (e-commerce) . Ekstranet adalah intranet di satu organisasi yang dapat diakses oleh organisasi lain yang diberi otoritas.
Ada beberapa cara pengelompokkan transaksi e-commerce. Salah satunya adalah dengan melihat sifat partisipan dalam transaksi e-commerce. Tiga kelompok besar e-commerce adalah:
Ø      Bussiness-to-comsumere-commerce (B2C) mencakup produk-produk retail dan jasa untuk para konsumen individu.
Ø      Business-to-business e-commerce (B2B) mencakup penjualan barang-barang dan jasa antarbisnis.
Ø      Cosumer-to-cosumer e-commerce (C2C) mencakup konsumen yang menjual secara langsung kepada konsumen.
Cara lain mengelompokkan transaksi e-commerce adalah berdasarkan koneksi para partisipan ke Web. Sekarang, telepon seluler dan perangkat digital genggam lainnya telah memungkinkan pengaksesan internet sehingga bisa digunakan untuk mengirim e-mail atau mengakses Website. Mobile Commerce (m-commerce) adalah penggunaan perangkat nirkabel, seperti ponsel atau perangkat informasi genggam, untuk menjalankan transaksi business-to-business e-commerce dan business-to-consumer e-commerce melalui internet.
Philippus Erwin, sistem informasi manajemen, edisi I, ANDI, Yogyakarta, 2005, hal 32&163
Fakhri Husein M.&Wibowo Amin, sistem informasi manajemen, edisi revisi, AMP YKPN, Yogyakarta, 2002, hal 155-165 

TEORI PENAWARAN ISLAMI

PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Berbicara tentang teori penawaran dalam kerangka ekonomi Islam sebenarnya merupakan kelanjutan dari pembahasan tentang teori permintaan dalam ekonomi Islam. Sama halnya dalam ilmu ekonomi konvensional, dalam ilmu ekonomi Islam pembahasan persoalan ini menyangkut faktor-faktor atau variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kedudukan penawaran suatu barang atau jasa tertentu.
Sebagian penjelasan tentang aspek penawaran dalam ekonomi Islam telah diungkapkan dalam penjelasan tentang permintaan (Basri: 2006). (1)Simplikasi diatas dirasa belum mampu mewakili pemahaman teori penawaran islam secara gamblang (menyeluruh), karena jelas yang diungkap lebih banyak mengenai teori permintaan. Sehingga perlu ada penjelasan atau pemaparan tersendiri mengenai teori penawaran islam melalui pendekatan analisis sisi persamaan dan jelas perbedaanya dengan teori penawaran dalam ekonomi konvensional. (2) Seiring rasa keingintahuan yang tinggi mengenai teori penawaran dalam Ekonomi Islam, juga didorong oleh adanya stimulus yang dihadirkan dosen pengampu untuk membuat paparan dalam bentuk makalah (Paper) dan persentasi maka keharusan untuk memahami bahasan ini semakin menjadi-jadi.
Oleh karena itu dalam makalah ini hanya akan disinggung hal-hal yang dirasa penting mengenai teori penawaran dalam ekonomi mikro islam dikaitkan dengan perbedaan utama dari teori penawaran konvensional dalam bab pembahasan berikut.

B.      Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori penawaran islami?
2. Bagaimana Pengaruh Pajak dan Zakat dalam kurva Penawaran Islam?
3. Bagaimana Analisis Konsep Biaya dalam Teori Penawaran Ekonomi?



PEMBAHASAN
Seperti halnya pada permintaan yang diturunkan dari fungsi konsumsi, maka teori penawaran hakikatnya adalah derivasi dari perilaku individu-individu perusahaan dalam analisia biayanya. Pada bagian-bagian di muka telah diterangkan bahwa tidak ada perusahaan yang tersedia berproduksi ketika tingkat harga yang berlaku lebih kecil daripada biaya variabel rata-rata. Jadi, setiap perusahaan hanya akan berproduksi jika harga barang yang berlaku lebih tinggi daripada biaya variabel rata-ratanya. Pada dasarnya terdapat garis harga yang tak terbatas jumlahnya di atas titik perpotongan antara kurva biaya marginal dengan kurva biaya variabel rata-rata. Dari sinilah kita dapat menemukan beberapa kuantitas yang dapat ditawarkan pada setiap tingkatan harga. [1]

A.     Teori Penawaran Islam
Membahas teori penawaran Islami, kita harus kembali kepada sejarah penciptaan manusia. Bumi dan manusia tidak diciptakan pada saat yang bersamaan. Dalam memanfaatkan alam yang telah disediakan Allah bagi keperluan manusia, larangan yang harus dipatuhi adalah “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Larangan ini tersebar di banyak tempat dalam Al-Qur'an dan betapa Allah sangat membenci mereka yang berbuat kerusakan di muka bumi.
Secara umum tidak banyak perbedaan antara teori permintaan konvensional dengan Islami sejauh hal itu dikaitkan dengan variabel atau faktor yang turut berpengaruh terhadap posisi penawaran. Bahkan bentuk kurva secara umum pada hakekatnya sama. Satu aspek penting yang memberikan suatu perbedaan dalam pespektif ini kemungkinan besar berasal dari landasan filosofi dan moralitas yang didasarkan pada premis nilai-nilai Islam.
Yang pertama adalah bahwa Islam memandang manusia secara umum, apakah sebagai konsumen atau produsen, sebagai suatu objek yang terkait dengan nilai-nilai. Nilai-nilai yang paling pokok yang didorong oleh Islam dalam kehidupan perekonomian adalah kesederhanaan, tidak silau dengan gemerlapnya kenikmatan duniawi (zuhud) dan ekonomis (iqtishad). Inilah nilai-nilai yang seharusnya menjadi trend gaya hidup Islamic man. Yang kedua adalah norma-norma Islam yang selalu menemani kehidupan manusia yaitu halal dan haram. Produk-produk dan transaksi pertukaran barang dan jasa tunduk kepada norma ini. Hal-hal yang diharamkan atas manusia itu pada hakekatnya adalah barang-narang atau transaksi-transaksi yang berbahaya bagi diri mereka dan kemaslahatannya.
Namun demikian, bahaya yang ditimbulkan itu tidak selalu dapat diketahui dan dideteksi oleh kemampuan indrawi atau akal manusia dalam jangka pendek. Sikap yang benar dalam menghadapi persoalan ini adalah kepatuhan kepada diktum disertai pencarian hikmah di balik itu. Dengan kedua batasan ini maka lingkup produksi dan pada gilirannya adalah lingkup penawaran itu sendiri dalam ekonomi Islam menjadi lebih sempit dari pada yang dimiliki oleh ekonomi konvensional. Dengan demikian terdapat dua penyaringan(filtering) yang membuat wilayah penawaran (domain) dalam ekonomi Islam menyempit yaitu filosofi kehidupan Islam dan norma moral Islam.
Dalam perspektif ekonomi Islam, manusia diinjeksi dengan norma moral Islam sehingga nafsu untuk memenuhi keinginannya tidak selalu dipenuhi. Demikian juga cara untuk memenuhi keinginan tersebut senantiasa dikaitkan dengan norma moral Islam yang sellau menemaninya ke mana saja dan di mana saja. Karena itu, semua barang dan jasa yang diproduksi dan ditawarkan ke pasar mencerminkan kebutuhan riil dan sesuai dengan tujuan syariah itu sendiri (maqoshidu syariah). Dalam perspektif ini tidak dimungkinkan produksi barang yang tidak berguna secara syar’i. Kedua, rasionalitas. Asumsi kedua ini merupakan turunan dari asumsi yang pertama. Jika ilmu ekonomi konvensional melihat bahwa manusia adalah economic man yang selalu didorong untuk melampiaskan keinginannya dengan cara apapun, maka asumsi rasionalitas merupakan ruhnya yang mengilhami seluruh usahanya dalam rangka memenuhi keinginannya tersebut. Selama manusia menguras tenaga dan pikirannya untuk memenuhi keinginannya dengan cara apapun, ia adalah makhluk rasional. Ketika produsen berusaha memaksimalkan keuntunganan, dengan mengabaikan tanggung jawab sosial, ia adalah makhluk rasional dan tidak perlu dikhawatirkan. Begitu juga dengan konsumen yang ingin memaksimalkan nilai guna (utility) ketika membeli suatu produk, maka ia berjalan pada jalur rasionalitas dan hal itu secara ekonomi adalah baik.[2]

B.     Pengaruh Pajak Penjualan dan Zakat Perniagaan dalam kurva Penawaran Konvensional – Islam

1.       Pengaruh Pajak Penjualan
Pengenaan pajak penjualan atau pajak pertambahan nilai sebesar, misalnya Rpl00 per liter bensin premium, atau misalnya 10% dari harga per unit, akan meningkatkan average total cost. Peningkatan ATC secara langsung juga berarti meningkatkan M C.     
Bila harga tetap pada tingkat harga semula, maka peningkatan biaya ini berarti penurunan profit. Karena total revenue tetap sedangkan total cost meningkat. Sebelum adanya pajak penjualan, tingkat profit sebesar profit1. Dengan adanya pengenaan pajak penjualan,tingakat profir menurun menjadi profit2. Secara grafis keadaan tanpa adanya pajak penjualan digambarkan pada diagram yang atas oleh kurva average total cost ATC1, dan kurva marginal cost MC1. Harga berada pada tingkat P*. Sedangkan diagram bawah menggambarkan fungsi profit yang diturunkan dari diagram atas.
Ketika kurva ATC, memotong garis harga dari atas, jumlah penawaran adalah Q1'. Pada titik Q1', tingkat profit nihil karena pada titik ini AR=ATC yang berarti TR=TC. Tingkat profit nihil ini digambarkan oleh kurva profit, pada diagram bawah yaitu titik Q1' pada garis horizonral sumbu X. Begitu pula ketika kurva ATC1, memotong garis harga dari bawah, jumlah penawaran adalah Q1”. Pada titik Q1" ini, tingkat profit juga nihil. Itu sebabnya kurva profit1, pada tingkat output Q1” juga berada pada garis horizontal sumbu X.
Ketika kurva M C1 = P*, profit mencapa tingkat maksimal. Ini terjadi pada tingkat produksi Q1*. Tingkat profit maksimal ini digambarkan oleh kurva profit1, pada diagram bawah yaitu titik Q1*. Total profit digambarkan oleh segiempat profit1, yang diarsir pada diagram atas.
Adanya pengenaan pajak penjualan meningkatkan ATC dari ATC menjadi ATC2 dan MC1 menjadi M C2. Harga tetap berada pada tingkat P*.
Ketika kurva ATC, memotong garis harga dari atas, jumlah penawaran adalah Q2'. Pada titik Q2', tingkat profit nihil karena pada titik ini AR=ATC yang berarti TR = TC. Tingkat profit nihil ini digambarkan oleh kurva profit2, pada diagram bawah yaitu titik Q2' = pada garis horizontal sumbu X. Begitu pula ketika kurva ATC2 memotong garis harga dari bawah, jumlah penawaran adalah Q2”. Pada titik Q2” ini, tingkat profit juga nihil. Itu sebabnya kurva profit2 pada tingkat output Q2” juga berada pada garis horizontal sumbuX .
Ketika kurva MC2 = P*, profit mencapai tingkat maksimal. Ini terjadi pada tingkat produksi Q*. Tingkat profit maksimal ini digambarkan oleh kurva profit 2 pada diagram bawah yaitu titik Q2*. Total profit digambarkan oleh segi empat profit, yang diarsir. Jelaslah profi1 lebih kecil dibanding profit2. Secara pararel kita dapat pula mengatakan bahwa producer surplus dengan adanya pajak penjualan lebih kecil dibandingkan producer surplus tanpa adanya pajak penjualan.
Jadi pengenaan pajak penjualan membawa pengaruh terhadap :
1. Turunnya total profit dari profit1 menjadi profit2.
2. Turunnya tingkat profit maksimal yang digambarkan oleh puncak gunung kurva profit pada diagram bawah. Secara grafis, puncak kurva profit, lebih tinggi daripada puncak kurva profitr.
3. Mengecilnya rentang skala produksi dari Q1'Q1" menjadqi Q2’Q2” Dimana Q1' <>2’ dan Q1’Q2”

2.      Pengaruh Zakat Perniagaan
Pengenaan zakat perniagaan memberikan pengaruh yang berbeda dibandingkan dengan pengenaan pajak penjualan. Dalam konsep Islam, zakat perniagaan dikenakan bila telah terpenuhinya dua hal: nisab (batas minimal harta yang menjadi objek zakat, yaitu setara 96 gram emas) dan haul (batas minimal waktu harta tersebut dimiliki yaitu satu tahun). Bila nisab dan haul telah terpenuhi, maka wajiblah dikeluarkan zakatnya sebesar 2.5%.
Objek zakat perniagaan adalah barang yang diperjualbelikan. Dalam ilmu ekonomi, ini berarti yang menjadi objek zakat perniagaan adalah revenue minus cost. Ulama berbeda pendapat mengenai komponen biaya. Sebagian berpendapat bahwa biaya tetap boleh diperhitungkan, sedang sebagian lainnya berpendapat bahwa hanya biaya variabel saja yang boleh diperhitungkan. Dalam ilmu ekonomi pendapat pertama berarti yang menjadi objek zakat adalah economic rent, sedangkan pendapat kedua berarti yang menjadi objek zakat adalah quasri mt ataup roducer surplus. Pendapat mana pun yang digunakan atas objek zakat ini sama sekali tidak memberikan pengaruh terhadap ATC, yang berarti pula tidak ada pengaruh terhadap profit yang dihasilkan. Pengenaan zakat perniagaan juga sama sekali tidak memberikan pengaruh terhadap MC, yang berarti pula tidak memberikan pengaruh terhadap kurva penawaran. Upaya memaksimalkan profit berarti pula memaksimalkan producer surplus, dan sekaligus berarti memaksimalkan zakat yang harus dibayar. Jadi dengan adanya pengenaan zakat perniagaan perilaku memaksimalkan profit berjalan sejalan dengan perilaku memaksimalkan zakat.
Pada titik Q1’ tingkat profit nihil karena pada titik ini AR = ATC yang berarti TR = TC. Tingkat profit nihil ini digambarkan oleh kurva profit 1 pada diagram bawah, yaitu titik Q, pada garis horizontal sumbu X . Begitu pula ketika kurva ATC1 memotong garis harga dari bawah, jumlah penawaran adalah Q1”. Padat itik Q1" ini, tingkat profit juga nihil. Itu sebabnya kurva profit1 padat ingkat output Q1" juga berada pada garis horizontal sumbu X .
Ketika kurva MC1 = P*, Profit mencapai tingkat maksimal. Ini terjadi pada tingkat produksi Q1*. Tingkat profit maksimal ini digambarkan oleh kurva profit, pada diagram bawah yaitu titik Q1*. Pada titik Q1* pula tingkat zakat maksimal tercapai. Keadaan ini digambarkan dengan puncak kurva profit dan puncak kurva zakat yang terjadi pada titik Q1* (diagram bawah).[3]

C.      Analisis Konsep Biaya dalam Teori Penawaran Ekonomi
1.      Total Cost dan Marginal Cost
Fungsi total cost menunjukan, untuk setiap kombinasi input dan untuk setiap tingkat output, minimum total cost yang muncul adalah TC=TC(r,w,q). Meskipun fungsi total cost menggambarkan secara menyeluruh biaya yang harus dikeluaran, namun akan lebih memudahkan dalam kaitannya dengan kurva permintaan, bila analisis biaya dilakukan pada biaya per unit. Ada dua konsep biaya per unit yang dikenal :
1. Average Cost
`Fungsi average total cost atau average cost adalah biaya per unit atau dihitung dengan rumus total cost dibagi dengan jumlah output yang dihasilkan. Secara matematis ditulis:
ATC = ATC (r,w,q) = TC (r,w,q) / q
2. Marginal Cost
Fungsi marginal cost adalah tambahan biaya yang muncul untuk setiap tambahan output yang dihasilkan atau dihitung dengan rumus perubahan total biaya dibagi perubahan output. Secara matematis ditulis :
MC = MC (r,w,q) = δTC (r,w,q)/ δq
Jadi fungsi total cost diturunkan dari fungsi total produksi, dan fungsi marginal cost diturunkan dari fungsi total cost. Begitu pula dengan fungsi average cost diturunkan dari fungsi total cost. Tabel berikut ini memberikan ilustrasi numerik dari hubungan komponen-komponen tersebut. Fixed cost of capital diasumsikan $ 30/jam, dan biaya variabel yaitu biaya per unit tenaga kerja adalah $ 10/jam
L
Q
FC
VC
TC
AFC
AVC
ATC
MC*
0
0
30
0
30
--

1
4
30
10
40
7.50
2.50
10.00
2.50
2
14
30
20
50
2.14
1.43
3.57
1.0
3
27
30
30
60
1.11
1.11
2.22
0.77
4
43
30
40
70
0.70
0.93
1.63
0.63
5
58
30
50
80
0.52
0.86
1.38
0.67
6
72
30
60
90
0.42
0.83
1.25
0.71
7
81
30
70
100
0.37
0.86
1.23
1.11
8
84
30
80
110
0.36
0.95
1.31
3.33

laporan penelitian di PT. TELKOM (OAS)

APLIKASI OFFICE AUTOMATION SYSTEM (OAS) DI PT. TELKOM KUDUS
PENDAHULUAN
            Perkembangan teknologi informasi memacu setiap organisasi baik bisnis maupun publik untuk mencari peluang baru agar organisasi dapat menciptakan keunggulan kompetitif. Mc Leod (1993) mengungkapkan bahwa aplikasi teknologi informasi yang pertama digunakan adalah dalam bidang akuntansi keuangan yang dikenal dengan istilah system pemproses data.
Dalam suatu organisasi, system informasi berbasis komputer terdiri dari komponen-komponen seperti hardware, yaitu perangkat keras komputer untuk melengkapi kegiatan pemasukan data, memproses data dan keluaran data tersebut; softwere, yaitu program dan intruksi diberikan komputer, data base yaitu kumpulan data dan nformasi yang diinformasikan sedemkian rupa sehingga mampu untuk diakses oleh pengguna system informasi; telekomunikasi yaitu komunikasi yang menghubungkan antar pengguna sistem dngan sistem komputer secara bersama-sama kedalam suatu jaringan yang efektif.[1]
DESKRIPSI OBYEK
·        Sejarah Telkom
1882 sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegrap dibentuk pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

1906 Pemerintah Kolonial Belanda membentuk sebuah jawatan yang mengatur layanan pos dan telekomunikasi yang diberi nama Jawatan Pos, Telegrap dan Telepon (Post, Telegraph en Telephone Dienst/PTT).

1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat, lepas dari pemerintahan Jepang.

1961 Status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel).

1965 PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro), dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).

1974 PN Telekomunikasi disesuaikan menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional.

1980 PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat) didirikan untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel.

1989 Undang-undang nomor 3/1989 tentang Telekomunikasi, tentang peran serta swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi.

1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan PP no.25 tahun 1991.

1995 Penawaran Umum perdana saham TELKOM (Initial Public Offering/IPO) dilakukan pada tanggal 14 November 1995. sejak itu saham TELKOM tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE). Saham TELKOM juga diperdagangkan tanpa pencatatan (Public Offering Without Listing/POWL) di Tokyo Stock Exchange.

1996 Kerja sama Operasi (KSO) mulai diimplementasikan pada 1 Januari 1996 di wilayah Divisi Regional I Sumatra – dengan mitra PT Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo); Divisi Regional III Jawa Barat dan Banten – dengan mitra PT Aria West International (AriaWest); Divisi Regional IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta – dengan mitra PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia (MGTI); Divisi Regional VI Kalimantan – dengan mitra PT Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra); dan Divisi Regional VII Kawasan Timur Indonesia – dengan mitra PT Bukaka Singtel.

1999 Undang-undang nomor 36/1999, tentang penghapusan monopoli penyelenggaraan telekomunikasi.

2001 TELKOM membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia, yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara TELKOM dengan Indosat. Dengan transaksi ini, TELKOM menguasai 72,72% saham Telkomsel. TELKOM membeli 90,32% saham Dayamitra dan mengkonsolidasikan laporan keuangan Dayamitra ke dalam laporan keuangan TELKOM.

2002 TELKOM membeli seluruh saham Pramindo melalui 3 tahap, yaitu 30% saham pada saat ditandatanganinya perjanjian jual-beli pada tanggal 15 Agustus 2002, 15% pada tanggal 30 September 2003 dan sisa 55% saham pada tanggal 31 Desember 2004. TELKOM menjual 12,72% saham Telkomsel kepada Singapore Telecom, dan dengan demikian TELKOM memiliki 65% saham Telkomsel. Sejak Agustus 2002 terjadi duopoli penyelenggaraan telekomunikasi local.[2]
Sebagian besar kerja data dan kerja pengetahuan dilakukan di kantor, termasuk sebagian besar kerja yang dilakukan oleh para manager. Kantor penting dalam mengkoordinasi alur informasi di seluruh organisasi. Kantor memiliki 3 fungsi dasar:
·        Mengelola dan menkoordinasi kerja data dan pekerja pengetahuann.
·        Menghubungkan kerja para pekerja informasi lokal dengan semua level dan fungsi organisasi.
·        Menghubungkan organisasi dengan dunia luar,termasuk pelanggan,pemasok,aparat pemerintah,dan auditor external.
Para pekerja kantor meliputi jangkauan yang sangat luas: para profesional,manajer,penjual,dan pekerja klerikal. Aktifitas aktifitas utamanya mencakup:
·        Pengelolaan dokumen, termasuk penciptaan dokumen,penyimpanan,pengambilan dan penyebarannya.
·        Penyusunan jadual untuk individu dan kelompok.
·        Berkomunikasi,termasuk membuat,menerima,dan mengelola komunikasi berbasis data,suara,digital untuk individu dan kelompok.
·        Mengelola data misal data pada karyawan, pelanggan, dan vendor
Aktivitas kantor
Teknologi
Mengelola dokumen
Pengolah data,desktop publishing,Pemindahan dokumen,Web publishing,Mengelola alur kerja.
Penjadualan
Kalender elektronik,groopware,Intranet
Komunikassi
Email,Voicemail,Sistem penjawab digital,groopware,Intranet.
Mengelola data
Data base desktop,spreadsheet,antar muka yang mudah untuk data base mainframe
Aktivitas aktifitas ini bisa didukung oleh sistem kantor. Sistem kantor adalah aplikasi apapun dari teknologi informasi yang dimaksudkan untuk meningkatkan produktifitas pekerja informasi didalam kantor. 50 tahun yang lalu, sistem kantor menangani hanya penciptaan,pemerosesan,dan pengelolaan dokumen. Saat ini kerja informasi dan pengetahuan profesional tetap terdokumentasi terpusat. Namun ,pemrosesan gambar digital teksdan dokumen juga berada pada inti sistem, begitu pula layanan komunikasi digital kecepatan tinggi.karna kerja kantor meliputi banyak orang yang teerlibat dalam proyek,sistem kantor kontemporer memiliki peran pembantu kelompok yang baik,misal kalender digital jaringan. Lingkungan kantor yang ideal harus didasarkan pada jaringan mesin digital yang lancar yang menghubungi kerja para ahli, klerikal, dan manajerial dan menjalankan beragam jenis perangkat lunak.[3]
ANALISIS DATA
PT. Telkom Kudus menggunakan dua system, yaitu:
1.    Lokal akses network (LAN)
Lokal akses network adalah sekelompok komputer yang membentuk suatu jaringan/matarantai yang mana diantara komputer-komputer tersebut dapat saling berkomunikasi satu sama lain untuk bertukar data dan informasi, serta dikendalikan oleh komputer pusat.
Local area network umumnya merupakan jaringan komputer untuk satu kantor yang digunakan untuk koordinasi antar bagiannya yang bersifat lokal. Jarak jangkauannya sampai 10 km. Sistem LAN ini timbul dari adannya kebutuhan untuk pemakaian sumber daya secara bersama-sama ( resource sharing ).
Karakteristik dari suatu LAN adalah:
a.       Ruang lingkup geografis terbatas ( sampai 10 km )
b.      Berlokasi pada satu gedung ataupun satu departemen
c.       Kecepatan pengiriman data relatif tinggi, bergantung pada jenis komponen yang digunakan
d.      Kepemilikan dan pengoperasian dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan
e.       Tidak menggunakan fasilitas perusahaan telekomunikasi umum
f.        Terdiri atas beragam komputer dan periferal pendukung
g.       Dikendalikan/dilayani oleh suatu komputer pusat yang disebut server
Keistimewaan LAN adalah:
a.       Pemakaian data, aplikasi dan peralatan secara bersama-sama
b.      Sistem informasi terpadu
c.       Faktor keamanan data yang relatif tinggi
d.      Data dan informasi dapat tersedia setiap saat dibutuhkan, karena semuanya tersimpan diserver
e.       Kecepatan yang tinggi dalam perolehan informasi[4]
System ini sudah tersebar keseluruh indonesia dari aceh sampai merauke. Untuk perusahaan yang bersifat sentralisasi, seluruh kegiatan masih terinteranisir, kantor cabang hanya mengatur operasionalnya. PT. Telkom sendiri mempunyai 2 devisi dalam Customer Service. Devisi I meliputi, Bandung, Jakarta, Banten. Dan devisi II meliputi, Papua, Surabaya, Kalimantan, Sumatra, Jogja. PT.Telkom Kudus ikut pada devisi II di Surabaya.